Senin, 03 Mei 2010

RESENSI BUKU
Judul Buku : Pemikiran Pendidikan Masa Depan
Pengarang : Tahroni
Penerbit : IPI Publishing, Gorontalo
Tebal Buku :190 halaman
Tahun terbit :2009

MASA DEPAN PENDIDIKAN INDONESIA, SEBUAH KONSEP

Buku yang berjudul Pemikiran Pendidikan Masa Depan ini berbeda dengan buku-buku yang membahas masalah pendidikan yang terbit lebih dahulu. Buku ini lebih banyak membahas pendidikan ditinjau dari segi relegius “ Secara konseptual pendidikan yang hendak diwujudkan adalah pembentukan manusia yang bertindak sebgai khalifah yang cirri-cirinya terkandung dalam konsep ibadah dan amanah. Manusia sebagai khalifah ini mempunyai cirri-ciri yang membedakan dari makhluk lain, yakni mempunyai fitrah yang baik ….” (hal. 2).
Dengan berpedoman kepada petunjuk-petunjuk Al-Quran dan As-Sunah yang ditegakkan atas sendi-sendi moral, iman, Islam , dan takwa yang dipahami secara padu, utuh, dan benar, pendidikan memiliki kemampuan untuk memelihara kesinambungan komunikatif antara wahyu yang terus menerus mengalami perubahan. (hal. 4)
Pengarang seorang yang kental dengan ke-Islamannya, sehingga buku-bukunya bernafaskan relegius dengan berbasis Islam sebagai pondasi pembahasan bukunya. Buku ini sangat menarik untuk dikaji lebih dalam , karena di samping buku ini membahas konsep-konsep pendidikan di masa depan dengan berlandaskan keagamaan. Betapa indahnya jika pendidikan selalu dikaitkan dengan konsep keagamaan. Barangkali pendidikan di Indonesai akan selalu meningkat mutunya, tidak akan terjai kecuarangan-kecurangan dalam hal ujian atau yang lain.
Buku ini terbit hampir bersamaan dengan dua buku yang lain, yaitu Tendensi dan Tradisi dalam Profesi Keguruan dan buku yang berjudul Konfigurasi Pemikiran dalam Ilmu Pendidikan. Kedua buku itu terbit di bulan Agustus tahun 2009. Dua buku yang terbit belakangan ini juga masih membicarakan perihal pendidikan. Pengarang seoramng yang masih muda , beliau penuh kreatifitas karena dalam kurun waktu yang hamper bersamaan mampu menerbitkan tiga buku.
Penulis menyajikan sejumlah ide, gagasan, metode dan strategi pendidikan dalam pendekatan yang bersifat inovatif, kreatif dan partisipatif. Gagasan paradikma pendidikan baru yang lahir dari tradisi peserta didik itu sendiri , sesuatu yang asing bagi mereka, menjangkau semua wilayah pengetahuan, keahlian, dan kesadaran untuk memperkuat dan membebaskan peserta didik dari penindasan. Sebuah konsep pendidikan yang mampu melahirkan suatu pemehaman baru, bukan sekadar siswa menyadari dirinya bodoh, tetapi member pemahaman bahwa kebodohan yang dia alami bukan takdir atau nasib.
Bagian pertama buku ini membedah paradikma pendidikan baru yang meliputi pendahuluan dan prinsip-prinsip pendidikan yakni liberalisasi, persamaan, toleransi,humanisasi, dan spiritual.. Pendidikan yang hendak diwujudkan adalah pembentukan manusia yang bertindak sebagai khalifah yang cirri-cirinya terkandung dalam konsep ibadah dan amanah.
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses pembangunan kesadaran kritis (critical consciousness) yang dilakukan secara transformative, partisipatif, sistematis, dan berkesinambungan (sustainability) melalui pengorganisasian dan peningkatan kemampuan (skill) menangani berbagai persoalan dasar yang mereka hadapi untuk mengarah kepada perubahan kondisi hidup yang semakin baik sesuai dengan tujuan pendidikan(hal 7).
Dalam bab ini juga dibahas mengenani prinsip-prinsip pendidikan, yang meliputi liberalisasi, persamaan, toleransi, humanisasi, spiritualitas.Dalam paradigm pendidikan baru tidak boleh lagi ada kelompok masyarakat yang terpinggirkan, semua harus ikut serta dan diikutsertakan dengan hak dan kewajiban yang sama.
Dalam kajian spiritualitas, proses pendidikan mengisi pikiran manusia dengan kekaguman dan kemasgulan yang selalu bertambah besar jika kita semakin sring memikirkannya, yakni langit yang penuh bintang di atas dan hukum moral di dalam hati nurani. (hal. 22)
Bagian kedua membahas filsafat social pendidikan, yakni meliputi; cara pandang, dasar-dasar filsafat pendidikan, hermeneutika pendidikan, Islam dan filsafat pendidikan, implikasi landasan filsafat pendidikan, dan kaca mata tugas bagi pendidikan.
Filsafat merupakan alat yang terus-menerus diperlukan dalam proses pendidikan. Hal itu dapat dipahami, karena filsafat menanamkam kebiasaan dan melatih akal pikiran untuk bersikap kritis-analitis atau mampu melahirkan ide-ide segar yang sangat dibutuhkan, sehingga ia menjadi alat intelektual yang sangat penting, tak terkecuali pendidikan. Salah satu faktor utama kelesuan berpikir dan berijtihad di kalangan bangsa Indonesia sampai saat ini adalah disebabkan mereka tidak mau melihat dan memperhatikan filsafat. Akibat bangsa kita telah keilangan energy dan kelesuan darah; dalam arti kekurangan ide-ide segar; lebih dari itu, ia berarti telah melakukan bunuh diri intelektual.
Pada latar filsafat diperlukan dasar ontologism dari ilmu pendidikan. Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu pendidikan melalui pengalaman pancaindra ialah dunia pengalaman manusia secara empiris. Objek materiil ilmu pendidikan ialah manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk social mengingat sebagai warga masyarakat ia mempunyai cirri warga yang baik atau kewarganegaraan yang sebai-baiknya.Agar pendidikan dalam praktik terbebas dari keragu-raguan, maka objek formal ilmu pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya da dalam fenomena atau situasi pendidikan.
Pada pembahasan hermeneutika dikatakan bahwa pendidikan dirumuskan sebagai proses pereubahan terencana dari suatu situasi yang satu ke situasi yang lain yang dinilai lebih tinggi (hal 33). Batasan pendidikan yang nampaknya bebas dari tata nilai tersebut di dalam realitasnya menimbulkan interpretasi-interpretasi yang sring sekali secara diametric bertentangan satu sama lain , sehingga mudah menimbulkan kesan bahwa realita pendidikan pada hakikatnya merupakan self projected reality.
Pada bagian Islam dan Filsafat pendikan ada bagian yang sangat menarik perhatian kita, yaitu bahwa memahami pendidikan tanpa memaham,I ditrminasi sejarahnya, akan menjebak kita pada pemahaman yang parsial, bahkan premature. Hal ini dinyatakan dalam Al-Quran yang juga tidak mengabaikan sejarah,tetapi sebaliknya secara serius memeperhatikan sejarah serta pengaruh-pengaruhnya yang menentukan. Islam juga menanamkan kesadaran sejarah pada umatnya. Hal ini berklaitan dengan firman Allah SWT : “… Apakah mereka tidak pernah melakukan penejlajahan di muka bumi ? mereka mempunyai hati yang dengannya ,mereka dapat mendengar ? karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah mata hati yang ada di dalam dada…” (QS,21:46) (hal 39).
Penulis yang bertipikal sangat kental dengan Islamnya mencoba membahas masalah pendidikan dikaitkan dengan Al-Quran yang merupakan sumber dan panujtan bagi kaum muslim. Maka tak heran jika penulis tak pernah lepas dari Al-Quran dalam membahas masalah pendidkan di Indonesia ini.
Pada bagian Implikasi landasan fildafat pendidikan ada dua implikasi yaitu implikasi bagi guru dan iplikasi bagi pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Apabila kita konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan pekerjaan guru maka filsafat pendidikan merupakan landasan berpikir yang mutlak. Artinya, sebagai pekerja professional tidaklah cukup bila seorang guru hanya menguasai apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Seorang guru harus menguasai mengapa ia melakukan setiap bagian serta tahap tugas itu dengan cara tertentu bukan dengan cara yang lain.
Sebagai pekerja professional guru dan tenaga kependidikan harus memperoleh persiapan prajabatan gur dan tenaga klependidikan harus dilandasi oleh seperangkat asumsi filosofis yang pada hakikatnya merupakan penjabaran dari konsep yang lebih tepat daripada landasan ilmiah pendidikan dan ilmu pendidikan (hal. 72)
Pada bab ketiga dibahas mengenai profesionalisme pendidikan yang meliputi a) menuju transformasi, b) criteria profeionalsisasi pendidikan,c) pengelolaan pendidikan,dan d) sebuah agenda praktis mengenai pengelolaan ketenagaan guru, pengelolaan mutu guru, penjaminan mutu proses pembelajaran ,dan pemantauan mutu kemampuan siswa.
Faktor mutu atau profesionalisme pendidikan senantiasa menjadi salah satu factor rendahnya kualitas pendidikan nasional. Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara professional, dalam arti harus dilakukan secara benar. Itu hanya mungkin dilakukan oleh orang yang ahli. Rasul Allah SAW mengatakan bahwa :” Bila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli maka tunggulah kehancurannya.”
Kehancuran dalam dunia pendidkan diartikan murid-murid, dan kehancuran system kebenaran karena mereka mengajarkan pengetahuan yang dapat saja tidak benar.
Pada bab ini dikemukakan oleh penulis paling tidak ada sepuluh criteria profesionalitas pendidikan, yakni: 1) adanya keahlian khusus, 2) harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup,3) memiliki teori-teori yang baku,4) untuk masyarakat bukan untuk diri sendiri, 5)harus melengkapi diri dengan kecakapan diagnostic dan kompetensi aplikatif. 6) memiliki otonomi dalam melakukan profesinya, 7) mempunyai kode etik, 8) mempunyai klien yang jelas, 9) memerlukan organisasi profesi, 10) mengenali hubungan profesinya dengan bidang lain.
Dengan dilatari oleh pemikiran tersebut di atas, berkenan pula dengan adanya komitmen refeormasi penyelenggaraan pendidikan, maka saatnya lah kita melihat kecenderungan perubahan atas paradigma yang telah melembaga dalam dunia pendidikan kita selama ini.
Bab keempat membahas anatomi kurikulum. Kurikulum adalah program layanan pendidikan yang ditawarkan atau dijual kepada masyarakat, maka seharusnya kurikulum dipandang sebagai jati diri perguruan tinggi yang bersangkutan. Kurikulum harus mencerminkan indentitas lembaga tersebut sebagai mutu ( melakukan pendidikan, pengembangan ilmu/penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Ibarat orang membangun, kurikulum adalah “ blue print”. Blue print ini harus jelas bagi semua pihak yang terkait, meliputi : arsitek yang menggambar, pemilik rumah yang akan membiayai proyek pembangunan rumah tersebut, dan pemborong serta para tukang yang akan membangun rumah. Tidak boleh ada perbedaan persepsi di antara pihak-pihak terkait mengenai bagaimana bentuk akhir rumah tersebut berdasarkan blue print.Apabila terjadi perbedaan persepsi di antara pihak-pihak tersebut, pastilah akan terjadi kesalaj-ahaman dan kekecewaan, terutama di puhak pemilik rumah yang telah mengeluarkan uang untuk proyek tersebut. (hal 87)
Mengingat kurikulum inilah yang sebenarnya dibeli atau yang menarik minat masyarakat, maka kurikulum harus dikemas sedemikian rupa hingga dapat meyakinkan masyarakat bahwa mereka tidak akan rugi kalau belajar di lembaga pendidikan yang bersangkutan. Kurikulum harus mencerminkan visi dan misi suatu lembaga.
Pada bab keempat ini pengarang membahas tentang kurikulum secara lengkap yang meliputi keberadaan kurikulum, kurikulum sebagai jati diri, pengembangan kurikulum, kurikulum sebagai system.
Bab kelima, pengarang membahas tentang metodologi pendidikan.Dalam bab ini dibahas mengenai urgensi metodologi, metodologi sebagai konstruksi ilmu, memahami realitas, metodologi bersifat profesi, tahapan-tahapan implementasi, prospek penge,mbangan meliputi ; pokok bahasan, bentuk kegiatan pengembangan, proses pengembangan, peran fasilitator, sarana penunjang.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang kian rumit dan beragam telah menuntut metode pendidikan yang lebih sederhana, sistematik, dan kreatif. Hal ini dilandasi semangat bahwa pengajaran yang baik akan menumbuhkan pemahaman yang maksimal. Seabanyak apapun informasi yang diajarkan akan sia-sia belaka jika pendengarnya tidak memahami makna informasi itu. Tentunya lebih menyedihkan lagi jika kegagalan itu justru bukan bersumber pada mutu informasi, tetapi karena metode pendidikan yang asal-asalan, kaku dan membosankan.Dalam buku ini pengarang menyajikan metode pendidikan yang mampu memberikan kapasitas perubahan adaptasi dari semua potensi dan sumber daya intelektual yang ada.
Beberapa metode pendidikan berkonstruksi keilmuan pendidikan, antara lain; 1) metode keyakina,2) metode rasionalisasi, 3) metode interpretasi,4) metode otoritas, 5) metode intuisi, 6)metode ilmiah,7) metode percobaan,8) metode penelitian,9) metode analogi, 10) metode uraian dan susunan
Metode penelitian dianggap paling penting dalam dunia pendidikan dan pengajaran karena siswa terlibat langsung pada proses belajar mengajar. Membiasakan berpikir pendalaman skil-nya atas pebnelitian dan uji cobanya untuk membuka pengetahuan-pengetahuan dan kebenaran, serta mengambil intisari dari definisi-definisa dan kaidah-kaidah (hal. 117)
Metode penelitian ini digunakan untuk mengkaji berbagai materi praktik yang penting seperti matematika, ilmu-ilmu pasti,kimia, serta geografi dan sebagainya.
Pada bab enam pengarang membahas tentang seleksi calon mahasiswa yang dibagai menjadi ; a) perubahan pendidikan, b) upaya pengembangan ,c) langkah strategi, d) kecermatan prediksi, e) seleksi calon mahasiswa Indonesia, f) meningkatkan kecermatan prediksi, g) operasionalisasi system se;leksi.
Suatu suistem seleksi mahasiswa baru yang baik harus mempunyai landasan yang cukup kuat dipandang dari segi akademik, ekonomi, pendidikan, maupun psiko-sosial. Karena itu suatu system penerimaaan mahasiswa baru harus mempertimbangkan sekaligus sekurang-kurangnya empat hal, yaitu (a) kecermatan ( akurasi) prediksi (prediction effectiveness) (b) efisiensi ekonomik (economic efficiency), (c) insentif belajar-mengajar (teaching-learning incentive), dan (d) keadilan (equality).
Sampai dengan permulaan tahaun 1970-an perguruan tinggi di Indonesia belum mempunyai sistenm seleksi yang jelas. Masing-masing perguruan tinggi melaksanakan seleksi sendiri-sendiri dan cara yang ditempuh satu sama l;ain pada umumnya tidak sama. Usaha pengembangan system seleksi dimulai oleh perguruan-perguruan tinggi anggota SKALU . Usaha ini oleh pemerintah dianggap sebagai suatu terobosan dalam hal seleksi calon mahasiswa. Oleh karena itu, lalu diadobsi menjadi system nasional, dan dilaksanakan dalam bentuk proyek perintis , I, II, III, dan IV. Setelah itu dikembangkan lagi m,enjadi SIPENMARU yang dikelola secara sentral oleh suatu kelompok yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dengan system Rayon.(hal. 154).
Pada bab tujuh pengarang membahas mendeteksi potensi mahasiswa yang meliputi; (a) pengembangan system penilaian, (b) isu strategis.(c) situatet learning, (d) implikasi bagi budaya belajar. Dapat dikatakan bahwa pengembangan potensi peserta didik haruslah dapat diterjemahkan dan dipertajam pengertiannya menjadi kompetensi. Kompetensi di sini diartikan sebagai literasi, pemahaman, atau kemampuan peserta didik untuk memahami materi ajar secara sbstantif dan utuh.
Bab delapan pengarang membahas system penilaian, yang meliputi ; (a) prasarat keberhasilan, (b) standarisasi penilaian dan (c) peningkatan mutu. Sistem penilaian adalah hal yang penting. Akreditasi , sertifikasi, dan bahkan transkrip lulusan bergantung kepada system penilaian yang berlaku pada saat-saat penilaian dilakukan. Sistem penilaian yang tidak jelas dengan sendirinya meyebabkan hasil penilaian juga tidak jelas. Secara kesinambungan, hasil penilaian membuahkan lulusan dan bahkan gelar. Ketidakjelasan di dalam system penilaian dengan sendirinya menimbulkan masalah di dalam penyikapan masyarakat terhadap para lulusan dan para penyandang gelar.
Banyak perguruan tinggi mengembangkan sendiri standar pendidikan yang mereka rintis. Sebagai contoh : Curtin Tecnological University di Pert, Australia telah menyususn prosedur rinci tentang standar mutu yang berlaku di dalam perguruan tinggi. Dan , biasanya, perguruan tinggi tenar dan besarmemiliki standar mutu demikian untuk digunakan pada penilaian program pendidikan yang mereka selenggarakan. (183)
Undang-Undang Sistem Pendidikan di Indonesia mencantumkan ketentuan Standar Nasional Pendidikan, namun standar ini masih perlu dijabarkan lebih lanjut melalui peraturan pemerintah yang pada saat ini belum diterbitkan. (hal 183)
Buku yang berjudul Pemikiran Pendidikan Masa Depan merupakan salah satu buku yang perlu kita simak, karena memberikan sumbangan-sumbangan pemikiran tentang pendidikan di Indonesia untuk masa depan. Buku ini banyak mengupas perihal konsep pendidikan yang ada di Indonesia.
Resensator : Drs. Eko Priyono, M.Pd. (Kepala SMA Negeri 1 Ketanggungan , Kabupaten Brebes) . Alamat Jatisawit Rt 03, Rw 05 , Bumiayu kode pos 52273, Kabupaten Brebes. Hp 085726460048 telp (0289) 430232.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar